Hidup dari nge-blog

Matt Mullenweg, pendiri platform blog WordPress, pasti tidak pernah menyangka jika produk yang diciptakannya tersebut menghasilkan begitu banyak uang, di samping memberikan banyak ruang bagi para penggunanya. Bahkan, dengan produk tersebut dia memberikan peluang bisnis bagi tiap orang yang menggunakan layanan WordPress sebagai platform blog mereka yang bisa digunakan untuk berbagai kepentingan.

Pendahulunya, platform blog Blogger.com yang sejak tahun 2003 diakuisisi perusahaan raksasa mesin pencari Google juga melakukan dan mendapatkan hal serupa. Tidak hanya sekadar penyedia platform yang mendapatkan keuntungan, tiap penggunanya pun bisa mendapatkan keuntungan jika menggunakan dan memonetisasinya dengan benar.

Sejak booming blog di awal era millenium kedua, platform blog kian beragam dan tumbuh dengan keunggulan serta keunikan masing-masing, sekaligus berlomba memberikan keuntungan melalui program afiliasi atau revenue sharing. Padahal, platform blog tersebut mulanya hanya menyediakan ruang virtual publik dalam pembuatan dan penayangan konten. Youtube, misalnya. Sejak diluncurkan pada tahun 2005, monetasi bisnis dari tiap saluran menunjukkan kemajuan yang masif.

Begitu pula Kompasiana, platform blog yang di awal kelahirannya berupa “Journalis Blog Network” Kompas Gramedia sudah sejak lama mengembangkan layanannya melalui banyak program kegiatan online maupun offline. Seperti, program Kompasiana Content Affiliation (KCA) yang diluncurkan awal tahun 2017. Berbagi keuntungan adalah cara bijak dan tepat dalam merawat hubungan antara pengelola dengan pengguna.

Hal tersebut membuat banyak pengguna atau akrab disebut blogger juga ikut berlomba-lomba membuat konten yang interaktif dan atraktif dengan kekuatan dan keunikan dari masing-masing blogger.

Kalau dulu ngeblog hanya dipandang sebagai kegiatan dalam rangka penyaluran hobi, sekarang sudah “naik kelas” menjadi ajang aktualisasi atau bahkan personal branding.

Sejarah Singkat Blog

1994

Jorn Barger memunculkan istilah "weblog" yang artinya catatan dalam jaringan

1999

Blogger.com diluncurkan

2000 - 2005

Munculnya Wordpress dan diakuisisinya Blogger.com oleh Google

2006

Hadirnya Kompasiana di Indonesia

2012

Justin Hall menciptakan blog pertama di dunia yakni Links.net

1997

Peter Merholz menyingkat istilah "weblog" menjadi "blog" untuk mempermudah pelafalan

1999

Era kelahiran blog-blog populer seperti Gizmodo, Boing Boing, Gawker, dan Huffington Post

2003

Lahirnya Twitter mengawali era microblogging

2008

Pencipta Blogger.com, Evan Williams, membuat Medium.com dengan gaya dan tampilan berbeda dengan platform lain

1994
Justin Hall menciptakan blog pertama di dunia yakni Links.net
1997
Jorn Barger memunculkan istilah "weblog" yang artinya catatan dalam jaringan
1999
Peter Merholz menyingkat istilah "weblog" menjadi "blog" untuk mempermudah pelafalan
1999
Blogger.com diluncurkan Blogger.com diluncurkan Blogger.com diluncurkan
2000 -2005
Era kelahiran blog-blog populer seperti Gizmodo, Boing Boing, Gawker, dan Huffington Post
2003
Munculnya Wordpress dan diakuisisinya Blogger.com oleh Google
2006
Lahirnya Twitter mengawali era microblogging
2008
Hadirnya Kompasiana di Indonesia Kompasiana.com
2012
Pencipta Blogger.com, Evan Williams, membuat Medium.com dengan gaya dan tampilan berbeda dengan platform lain

Selain menjadi ruang publik dalam menyalurkan aspirasi, ide, dan kreativitas, ngeblog terbukti bisa menghasilkan keuntungan materi melalui berbagai program, fasilitas dan layanan dari platform blog yang digunakan.

Namun, apakah aktivitas ngeblog dapat diandalkan dan dijadikan sumber pendapatan utama? Dengan kata lain, dapatkah kita bertahan dan memenuhi kebutuhan hidup melalui ngeblog?

Jawabannya, bisa saja! Menjadi seorang blogger memang tidak menjamin adanya pemasukan setiap bulan. Inilah yang membuatnya unik, seorang blogger dituntut untuk selalu kreatif, bukan hanya dalam memproduksi konten tapi juga “mengakali” konten supaya bisa mendatangkan rupiah.

Pengalaman Kompasianer Yon Bayu yang “mengakali” aktivitas ngeblog-nya hingga mendulang pendapatan bisa jadi contoh. Pada awal 2011 silam, dia mencoba mencari uang dari internet karena rangsang oleh rekannya. Yon Bayu kemudian membuat sebuah fanpage di Facebook. Kala itu Facebook menjadi salah satu fenomena media sosial yang langsung melejit jumlah penggunanya meski usianya belum genap sewindu. Facebook memang menyediakan layanan fanpage di mana pengelola bisa mengumpulkan penggemar dalam satu tempat. Di fanpage ‘Cerita Misteri’ ini, Yon Bayu mempublikasikan cerita horor, sesuai dengan namanya.


Dia mempublikasikan cerita-cerita misteri secara berkala dan hasilnya dalam kurun waktu satu bulan ada sekitar 1.000 orang yang bergabung di fanpage ‘Cerita Misteri’ dan menikmati karyanya. Melihat tren ini, kemudian dia kembali membuat fanpage serupa kemasan cerita berseri. Untuk bergabung, ia memberi tarif sebesar Rp 40 ribu untuk setiap pengguna. Hasilnya, ada 187 orang yang bergabung.

“Hampir dapat Rp 10 juta. Banyak yang transfer di atas Rp 40 ribu, terutama dari mereka yang tinggal di luar negeri. Bukan karena kelebihan uang, tetapi menyangkut kurs dan ongkos,”
cerita Yon Bayu dalam tulisannya.

Melihat angka yang dihasilkan memang cukup menggiurkan. Dengan modal laptop, internet, dan ide tulisan mungkin kita bisa mendapat uang seperti yang Yon Bayu dapatkan, atau bisa juga lebih. Blog, memang bisa menjadi wahana mendapatkan uang. Banyak blogger yang sudah membuktikannya. Tak hanya di luar negeri, di Indonesia pun cukup banyak blogger yang sudah merasakan nikmatnya rupiah atau dollar, dari atau karena blog.

Kendati demikian, mencari uang lewat blog diakui gampang-gampang susah. Bisa dikatakan gampang karena sumber dan teknik banyak tersedia hanya bermodalkan berselancar di internet. Tidak perlu sekolah tinggi juga, cukup punya kemauan dan terus mengasah kemampuan, hasilnya pasti sepadan. Tetapi, dikatakan sulit karena dengan menjadi seorang fulltime blogger kita hampir sepenuhnya bergantung pada usaha dan kreativitas yang tidak boleh putus dan faktor keberuntungan tentunya.

Seorang blogger tidak selalu bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah. Kadang, di satu bulan dia bisa mendapat penghasilan berkali-kali lipat, tapi di bulan berikutnya tidak ada sama sekali. Ada juga yang sebaliknya, beberapa bulan di awal tahun tidak mendapat penghasilan yang cukup, tapi ketika di pertengahan sampai akhir garis nasib mengubah isi dompet mereka menjadi terlampau tebal. Menjadi fulltime blogger seolah hidup dalam ketidakpastian, di sinilah dituntut kreativitas dan usaha tidak boleh kendor.

Kompasianer Ibdnu Sa’dan melalui tulisannya juga bercerita bagaimana suka dukanya mengandalkan ngeblog sebagai salah satu sumber penghasilan. Agar blog-nya menjadi satu sumber penghidupan, ia punya sebuah keteguhan. Di mana menurutnya bahwa sebuah blog harus punya konten yang berkualitas. Tanpa kualitas, tidak akan ada peminat yang mau meng-klik sebuah konten di dalam blog. Kualitas, adalah ketentuan yang tidak bisa diganggu-gugat.

“Karena kita tidak mungkin akan mendapat sesuatu hasil jika tidak berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Ngeblog yang menghasilkan adalah ngeblog yang bisa memberikan sesuatu faedah bagi orang lain. Paling kurang memberi suatu pelajaran berharga yang tidak mudah diperoleh oleh pembaca blog kita di tempat lain,” ungkap Ibnu dalam tulisannya.

Di sinilah kesulitannya. Jika kita tidak mau belajar dan terus belajar bagaimana cara ngeblog yang benar dan menyajikan konten yang berkualitas, jangan mimpi bisa dapat uang lewat ngeblog. Kalau tidak terus melatih diri tidak akan mungkin bisa berkembang dan jadi pemenang.

Jumlah Blogger di Indonesia

132,7 juta jiwa penduduk
Indonesia terhubung dengan
internet dari total penduduk
256,2 juta jiwa
Sumber: Data APJII tahun 2016
Jumlah blogger hanya
3,5%
dari total pengguna Internet di
tahun 2014 (88 juta pengguna)
Sumber: Data APJII tahun 2014

Indonesia adalah negara dengan penetrasi pengguna internet yang terbilang tinggi di dunia. Ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang besar serta menjamurnya telepon pintar yang sangat terjangkau.

Berdasarkan data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada akhir 2016 lalu, terungkap bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia kini terhubung dengan internet. Sekitar 132,7 juta orang telah menggunakan internet, sedangkan total penduduk Indonesia sendiri ada sekitar 256,2 jiwa. Sangat berbeda jauh dengan survei pada 2014 silam yang menunjukkan angka penetrasi internet di Indonesia sekitar 88 juta pengguna.

Pada 2014, dikutip dari Antara, jumlah blogger di Indonesia hanya sekitar 3,5% saja dari total 88 juta pengguna internet. Belum ada data terkini yang bisa kami lampirkan di sini. Namun, berkaca dari data yang telah ada jika kita kalkulasikan sekitar 3 juta pengguna internet aktif memproduksi konten dalam blog mereka. Angka yang cukup besar sebenarnya. Lantas bagaimana mereka bisa memonetisasi konten-konten yang mereka produksi?

Beberapa Cara Mendapatkan Uang dari Blog

Jika diperkenankan melihat sedikit ke depan. Rasa-rasanya, ketika sudah menjadi blogger kemudian menemukan banyak teman untuk berbagi atau berkumpul (membentuk komunitas) dan mendapat relasi bisnis (menjadikannya komoditas), apa sudah saatnya blogger berserikat? Seperti halnya pekerja kreatif lainnya, menjadi blogger pun perlu ada yang dijamin dan/atau menjamin hak maupun kewajibannya.

Contoh sederhana yang sering blogger keluhkan adalah telatnya pencairan invoice. Pastinya ini merugikan sebelah pihak. Putu Aditya dalam sebuah wawancara singkatnya di kanal YouTube Paguyuban Pamitnya Meeting menjelaskan, kalau hal semacam itu bisa menghambat produksi. Ini seakan menegaskan kalau (dunia blogger), "itu hidup dalam ketidakpastian".

Apalagi untuk blogger yang sudah menggantungkan hidupnya dari bayaran tersebut. Pemerintah tentu bisa membuat regulasinya. Bisa menegur perusahaan-perusahaan yang "bandel" mempermainkan kerja-kerja blogger.

Atau yang masih dan (mungkin) akan terus terjadi adalah pencurian konten. Sampai kapan blogger bisa pasrah atau legowo menerima kenyataan kalau karyanya dicuri begitu saja. Dan menjadi jauh lebih menjengkelkan, konten yang dicuri malah diperjualbelikan. Jika ini tidak bisa terus ditindak, bukan tidak mungkin, industri kepenulisan kreatif akan lesu sampai pada akhirnya menunggu mati.

Bila pemerintah bisa menarik pajak dari para pelaku kreatif ---apapun bentuk dan jenis pekerjaannya-- sudah menjadi tanggungan pemerintah untuk memenuhi setiap hak yang dirasa perlu bagi blogger. Barangkali semua ini bisa memotivasimu dari memulai menjadi blogger, akan menegasikan diri sebagai blogger, dan akhirnya benar-benar menjadi blogger. Bekerjalah menjadi blogger dan berserikatlah.